Menjalankan usaha warung makan yang memiliki sejumlah cabang membutuhkan strategi tertentu agar bisnis yang dijalankan tetap dalam kontrol pemilik.
Tanpa adanya kontrol, bukan mustahil usaha yang dijalankan berantakan. Kualitas makanan yang disajikan di cabang menurun, serta keuangan rawan terjadinya penyimpangan.
Sebaliknya, dengan adanya kontrol, makanan yang dijual di cabang-cabang tetap memiliki kualitas yang sama dengan cita rasa di warung pusat. Dan yang lebih penting, perputaran uang di cabang-cabang tetap dalam pengawasan owner.
Pentingnya kontrol bisnis tersebut disadari oleh manajemen warung soto & ayam goreng kampung H. Imam.
Warung makan yang mengusung menu andalan soto khas Boyolali ini awalnya mulai berdiri di Pasar Minggu Jakarta Selatan, yang kini menjadi warung utama.
Seiring dengan berjalannya waktu, saat ini, warung soto & ayam Goreng H Imam memiliki sejumlah cabang, salah satunya di kawasan Grand Depok City (GDC), Cilodong Depok.
Menariknya, meskipun berada di cabang, cita rasa yag disajikan warung ini tidak berbeda dengan yang ada di warung pusat di Pasar Minggu.
Kuah bening yang gurih dan segar berpadu dengan irisan daging sapi ataupun daging ayam, membuat soto ini jadi pilihan bagi mereka yang melintas di kawasan GDC Depok, terutama saat berbuka puasa.
Masakan Dipasok dari Warung Utama
Perwakilan manajemen warung soto dan ayam goreng H Imam, Tarkum (30) saat ditemui Kompas.com di kawasan GDC Depok mengungkapkan bahwa pada dasarnya warung soto dan ayam goreng H Imam selalu berusaha konsisten menghadirkan cita rasa soto Boyolali yang khas.
Kunci dari cita rasa soto adalah kuahnya. Untuk itu, warung makan ini mendapatkan pasokan kuah dari pusatnya, yakni dari Pasar Minggu.
“Kuah dimasak di warung utama di Pasar Minggu dan diantarkan ke sini, sehingga rasa tetap sama antara yang di pusat dengan di cabang,” jelas dia saat ditemui Kompas.com, Selasa (19/3/2024).
Selain kuah, warung pusat juga memasok lauk-lauk lainnya yang menjadi pendamping seperti kerupuk, kikil, paru goreng, dan sebagainya. Sementara untuk gorengan, dimasak di warung cabang agar tetap hangat dan fresh.
“Gorengan kan harus hangat, sehingga harus dimasak di sini. Demikian pula untuk minuman, itu juga dibuat di cabang,” kata dia.
Pakai QRIS BRI untuk Pembayaran
Sejak buka sekitar 4 bulan lalu, jumlah pengunjung warung soto H Imam terus bertambah. Sebelum Ramadan, warung ini ajeg menjadi tujuan masyarakat yang menginginkan soto dengan cita rasa khas Boyolali. Saat Ramadan, pengunjung baru mulai ramai menjelang waktu buka puasa.
Tarkum mengungkapkan pada hari biasa atau di luar bulan Ramadan, terdapat 50-100 pengunjung yang datang ke warung ini setiap harinya. Dari jumlah itu, mereka bisa memesan dua mangkok soto. Sementara pengunjung lainnya ada yang memesan ayam goreng yang juga menjadi menu favorit warung ini.
“Selesai makan, pengunjung pasti akan bayar. Nah, sekarang ini semakin banyak pengunjung yang bayar lewat QRIS karena bagi mereka lebih praktis dan nyaman ketimbang bawa uang cash,” jelas Tarkum.
Selain praktis dari sisi konsumen, penggunaan QRIS juga membuat manajemen warung soto lebih mudah dalam pencatatan, di samping juga lebih aman karena uang langsung masuk rekening.
“Kami menggunakan QRIS BRI. Kami merasa aman karena transaksi menggunakan uang non-tunai dan langsung ke rekening,” jelas Tarkum.
Penggunaan QRIS BRI oleh warung soto ini semakin relevan karena belakangan ini semakin banyak konsumen yang lebih memilih bayar lewat ponsel.
Apalagi ketika pengunjung tersebut membawa keluarga maupun rekan kerja, pembayaran menggunakan QRIS menjauhkan mereka dari rasa khawatir akibat kekurangan uang tunai yang dibawa.
Mengikuti Trend Konsumen
Strategi warung soto dan ayam goreng H Imam menggunakan QRIS BRI sebagai metode pembayaran bisa dibilang tepat, karena saat ini penggunaan QRIS di Kota Depok menempati urutan ke-4 teratas di Jawa Barat.
Mengutip data dari Pemerintah Kota Depok, sepanjang 2023 lalu, terdapat 22 juta transaksi yang menggunakan QRIS yang melibatkan 419.044 tenant.
Kepala Badan Keuangan Daerah (BKD) Kota Depok, Wahid Suryono, mengatakan pengguna QRIS ini didominasi oleh UMKM.
“Pemkot Depok juga sudah melakukan penerapan digitalisasi pendapatan pajak dan retribusi daerah, juga belanja daerah. Kami juga terus mendorong perluasan kanal pembayaran digital seperti QRIS dan Virtual Account,” katanya.
Sementara itu khusus untuk BRI, sepanjang 2023 volume transaksi merchant QRIS BRI mengalami pertumbuhan signifikan sebesar 400 persen.
Direktur Jaringan dan Layanan BRI Andrijanto mengatakan, hal ini menunjukkan penggunaan QRIS semakin diminati masyarakat karena lebih mudah dan cepat.
Adapun jumlah merchant QRIS BRI telah mencapai 3,7 juta atau tumbuh 30 persen year-on-year (yoy) seiring dengan akuisisi merchant QRIS BRI yang dilakukan secara masif.
TAGAR: #SuksesExpor #UMKM #umkmkopitu #goExpor #goGlobal #ukmnaikkelas #yoyokpitoyo #KOPITU #G20 #Viral
Facebook : https://www.facebook.com/kopitupusat
Grup Facebook : https://www.facebook.com/groups/656213288473045/
Twitter : https://twitter.com/KomiteKecil
Instagram : https://www.instagram.com/kopitu_/
Tik-Tok : https://www.tiktok.com/@kopitujaya2022
Sumber : https://umkm.kompas.com/