Ternyata, bukan hanya batu bara yang bisa dijual RI ke Cina, tapi juga tanaman porang. Siapa sangka tanaman yang dahulunya hanya dianggap tanaman liar di hutan kini bisa menjelma menjadi komoditas ekspor ke Negeri Tirai Bambu, negara dengan pasar besar dan pertumbuhan ekonomi yang mengesankan di dunia. Tak hanya China saja, peluang ekspor porang juga sangat besar di Korea Selatan dan Jepang. Hal ini diungkapkan oleh perwakilan ITPC Busan dan ITPC Osaka dalam webinar KOPITU 7 Juli 2021. Selain perwakilan ITPC, acara tersebut juga dihadiri oleh Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga, Konjen RI Shanghai Deny W Kurnia, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Suwandi, Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Didi Sumedi, Kadis Pertanian dan Ketahanan Pangan Jawa Timur Hadi Sulistyo, dan segenap Tim KOPITU. Pembahasan difokuskan pada pengamanan market porang di luar negeri yang saat ini menjadi titik rawan anjlok harga porang.
“Hampir 70 persen, Tiongkok mengambil porang kita. Namun ekspor porang ke Cina masih terkendala masalah urusan teknis dan aturan perdagangan. Terutama harmonisasi soal kode Harmonized Commodity Description and Coding System (HS Code) antara kedua Kementerian perdagangan RI dan Cina. HS Code diperlukan agar bisa merekam berapa banyak produk yang diekspor. Selain soal HS Code, sertifikasi juga sedang dijalankan oleh Bea Cukai. Ketika itu semua sudah rampung, saya yakin Porang semakin banyak diminati di pasar global”, ungkap Jerry.
HS Code menjadi satu momok yang saat ini sedang digarap oleh Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan guna menjaga stabilitas market di luar, dan mencegah ledakan stok yang dapat berakibat hancurnya harga porang di pasar. Selain itu, koordinasi diperlukan juga dengan Kementerian Perindustrian untuk menindaklanjuti pengusulan cukai Ethyl Alcohol yang diperuntukkan dalam industri porang.
“Pemprov Jatim telah memberi atensi khusus untuk komoditi Porang. Pak Wagub Emil bahkan telah menyampaikan peluang ekspor porang secara langsung kepada Presiden Jokowi. Ini artinya kami siap untuk berkolaborasi dengan semua pihak untuk menstabilkan jaringan bisnis yang ada demi keberlangsungan usaha tani, industri dan ekspor”, ungkap Hadi Sulistyo. Hal ini diperkuat dengan penuturan dari Deny W Kurnia. “Kebutuhan porang ini baik dalam bentuk chips, terpung porang maupun glukomanan sangat tinggi. Bahkan bisa dibilang salah satu kebutuhan jangka panjang mengingat sangat banyak turunan produk glukomanan yang mungkin dikembangkan”, ungkap Deny.
Kementerian Pertanian sendiri melalui Dirjen Tanaman Pangan Suwandi menjelaskan, bahwa peluang pasar porang tidak hanya tinggi di luar negeri saja, namun juga di Indonesia. Hal ini perlu diperhatikan agar kebutuhan raw material mentah untuk dalam negeri juga dapat terpenuhi. Dengan demikian, harus ada aksi paralel dari semua stakeholder baik pemerintah maupun non-pemerintah”.
“Kami saat ini sedang menyusun berbagai strategi pengamanan melalui regulasi untuk mengatur tata kelola ekspor sehingga dapat memenuhi ekspektasi bersama. Kami juga tidak berhenti melakukan kerjasama dan koordinasi dengan berbagai pihak guna menciptakan solusi terbaik bagi kebutuhan pengamanan tersebut”, ungkap Didi. Banyak pelaku usaha dan petani yang menaruh harapan besar pada peluang ini. Penting untuk mempertahankan momentum dan menghindari anjloknya harga saat ini. Mengingat gencarnya budidaya, sisi hilir harus bisa diamankan agar ledakan stok tidak menjadi boomerang pada kemudian hari.