Jagung merupakan salah satu bahan pangan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Menurut Dr Ir Suwarto, M.Si, Dosen di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Universitas IPB, ada empat jenis jagung di Indonesia yang bisa dikonsumsi. Ada jagung untuk bahan baku tepung, jagung yang cocok direbus, jagung manis, dan jagung brondong. Empat jenis jagung tersebut memiliki pemanfaatan yang berbeda. Pemanfaatan tiap jenis jagung tidak bisa sembarangan. Misalnya, jagung yang cocok untuk dibuat tepung sudah pasti tidak cocok untuk dijadikan jagung olahan pangan langsung, seperti jagung rebus atau jagung bakar.
1. Jagung manis
Jagung manis merupakan salah satu jenis jagung yang banyak ditemukan di pasar tradisional. pasar modern, atau swalayan. Menurut Suwarto, jagung manis memiliki karakteristik biji berwarna kuning dan bertekstur keriput jika sudah kering. Jagung manis juga memiliki cita rasa yang paling manis di antara jenis jagung lain. “Kalau jagung manis, itu kan mentah saja dimakan ya manis, empuk,” kata Dr Tjahja Muhandri dari Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB kepada Kompas.com, Kamis (30/9/2021). Suwarto mengatakan, pemanfaatan jagung manis sangat terbatas. Biasanya, jagung manis hanya diolah diolah sebagai jagung bakar atau jagung kalengan. “Jadi, terbatas penggunaannya, bukan untuk pakan ternak,” jelas Suwarto.
2. Jagung ketan
Jenis jagung di Indonesia selanjutnya adalah jagung ketan atau yang disebut juga dengan jagung pulut. Menurut Tjahja, jagung ketan memiliki tekstur yang paling pulen di antara jenis jagung lainnya. “Jagung ketan itu kalau tidak salah dia lebih dominan amilopektin yang menyebabkan lengket itu,” kata Suwarto. Oleh karena teksturnya yang pulen, jagung ketan sangat cocok diolah menjadi beragam kudapan atau camilan. Namun, Tjahja mengatakan, konsumsi jagung ketan tidak terlalu merata, lebih banyak dikonsumsi di beberapa daerah tertentu di Indonesia. “Misalnya di Madura, itu orang masih menanam jagung itu karena masih ada budaya orang makan langsung,” jelas Tjahja. Selain di Madura, daerah yang masih menanam dan konsumsi jagung ketan ada di NTT, Jawa Timur khususnya daerah Ponorogo dan Kediri.
3. Jagung tepung
Suwarto mengatakan, ada tiga kelompok varietas jagung, yaitu hibrida, bersari bebas, dan lokal. Jagung tepung merupakan jenis jagung yang termasuk kelompok varietas lokal. Menurut Suwarto, jagung tepung atau jagung hibrida memiliki biji kuning kecil dan lunak, sementara Tjahja mengatakan, jagung tepung atau jagung hibrida memiliki karakteristik agak keras. “Jagung hibrida itu amilopektinnya tidak terlalu tinggi. Makanya dia agak keras kalau misalnya kita rebus atau kita bakar, dia keras,” kata Tjahja. Dalam pengolahannya, jagung tepung atau jagung hibrida banyak digunakan sebagai bahan baku tepung jagung. “Kalau diolah menjadi tepung, ya orang lebih suka yang jagung hibrida,” tutur Cahyo. Petani jagung tepung atau jagung hibrida akan menyiapkan jagung yang sudah dikeringkan, lalu dijual pada industri pengolah pangan dan pakan. “Kalau dia panennya musim kemarau, ditunggu dia di lahan supaya kering betul dan bisa diproses namanya pemipilan,” jelas Suwarto. “Namun kalau tidak kering betul, tongkol dipanen kemudian dikeringkan dulu, baru dipipil, jalurnya begitu,” pungkasnya.
4. Jagung brondong
Jagung brondong atau yang kerap disebut jagung popcorn merupakan jenis jagung yang paling jarang ditemukan di Indonesia. Menurut Suwarto, jagung brondong memiliki biji berwarna kuning yang lonjong runcing. Saking jarangnya ditemukan lahan pertanian jagung brondong, Tjahja dan Suwarto mengatakan, jagung brondong yang ada di Indonesia bisa jadi merupakan produk impor. “Ya jenis popcorn dan ada jenis-jenis yang kayak liar lah, itu relatif tidak dibudidaya karena relatif tidak ekonomis,” kata Cahyo.