
Bila mampir ke sebuah kedai kopi, dua jenis kopi yang umum ditemui yaitu arabika dan robusta. Selain karena familier, komoditasnya puncukup mudah ditemui.
Padahal, kata Third Winner World Brewers Cup 2024, sekaligus Head of Coffee Common Grounds Ryan Wibawa, ada dua jenis kopi tambahan, yaitu biji kopi liberika dan excelsa.
“Selain itu (arabika dan robusta), ada lagi spesies kopi yang sebenarnya ada di lingkup dunia kopi, yaitu ada liberika dan excelsa,” kata Ryan di Dua Coffee, Tangerang Selatan, Jumat (5/7/2024).
Lantas, apa beda keempat jenis biji kopi tersebut?
Beda biji kopi arabika, robusta, liberika, dan excelsa
- Biji kopi arabika
Menurut penjelasan Ryan, biji kopi arabika biasanya punya rasa yang lebih kompleks, seperti rasa fruity.
“Pohon arabika harus ditanam di ketinggian yang cukup lebih tinggi, sejuk, dan proses penanganannya cukup sulit karena rentan terkena hama,” katanya.
Selain itu, tambahnya, kafein yang ada pada biji kopi arabika lebih sedikit dibanding kadar kafein pada biji kopi robusta.
“Jadi kalau mencari kopi yang bikin melek, boleh carinya robusta dibanding arabika. Tapi kalau lebih suka kopi dengan kompleksitas rasa, mungkin bisa pilih arabika,” kata Ryan. - Biji kopi robusta
Kata Ryan, biji kopi robusta bisa ditanam di ketinggian yang cukup rendah. Tidak hanya itu, biji kopi robusta juga cukup tahan dengan serangan hama.
“(Biji kopi robusta) biasanya tidak punya rasa fruity, atau tidak punya tingkat asam yang cukup tinggi,” tuturnya. - Biji kopi liberika
Ryan menuturkan bahwa biji kopi liberika memiliki ukuran yang cukup besar dibanding biji kopi biasa. Ukurannya serupa kacang almond, dan rasanya cukup kuat.
“Waktu saya mencoba beberapa sampel liberika dan excelsa, liberika ini punya ciri khas rasa yang cukup kuat, rasa manisnya juga ada,” katanya.
Cuma, lanjut Ryan, tantangan biji kopi liberika saat ini yaitu ada pada tahap pascapanen, karena masih dilakukan pencarian metode bagaimana cara mengolah untuk menghasilkan rasa yang diinginkan. - Biji kopi excelsa
Excelsa merupakan jenis biji kopi yang dibawa oleh Ryan ke Chicago dan mengantarkannya menjadi tiga besar pemenang World Brewers Cup 2024.
Kata Ryan, komoditas excelsa yang ia temui di kawasan Sukawangi, Jawa Barat pada saat itu cukup banyak. Bahkan, tanaman tersebut sudah berumur raturan tahun.
Namun sayangnya, kata Ryan, petani kopi di sana terkendala dengan cara mengolah excelsa yang benar supaya menghasilkan rasa yang diinginkan.
“Ternyata kopi ini punya potensi dan punya karakter yang menarik, ada beberapa proses pascapanen yang dicoba lumayan banyak,” katanya.
Khusus kopi yang Ryan bawa ke Chicago, biji kopi excelsa ini diolah dengan teknik mossto anaerobic natural. Pada proses ini, katanya, buah ceri kopi difermentasi dengan liquid juice.
“Yang diambil dari buah ceri kopi hanya bijinya, sedangkan buahnya tidak dipakai. Buahnya sebenarnya manis, akhirnya buah kopi dijadikan consentrate dari arabika, lalu digabungkan dengan ceri excelsa,” katanya.
Ceri excelsa dan konsentrat arabika kemudian difermentasi beramaan. Maka terciptalah excelsa yang membawa Ryan menjadi juara.
TAGAR: #SuksesExpor #UMKM #umkmkopitu #goExpor #goGlobal #ukmnaikkelas #yoyokpitoyo #KOPITU #G20 #Viral
Facebook : https://www.facebook.com/kopitupusat
Grup Facebook : https://www.facebook.com/groups/656213288473045/
Twitter : https://twitter.com/KomiteKecil
Instagram : https://www.instagram.com/kopitu_/
Tik-Tok : https://www.tiktok.com/@kopitujaya2022
Sumber : https://www.kompas.com/