Pentingnya digitalisasi dalam sektor pertanian dirasakan kebutuhanya dari hulu hingga ke hilir. Digitalisasi selain market adalah dengan adanya ketertelusuran yang sudah menjadi standar belakangan ini. Urgensi hal tersebut disampaikan oleh Yoyok Pitoyo selaku Ketua Umum KOPITU dalam Webinar KOPITU dan PROPAKTANI pada Jum’at 24 September 2021. Webinar tersebut juga dihadiri oleh Prof. Bayu Dwi Apri Nugroho, S.T.P., M.Agr., Ph.D.selaku Associate Professor Universitas Gadjah Mada dan Rudolf Wirawan selaku President Perhimpunan Indonesia Australia.
“Kita mendorong para petani agar bersatu membentuk gabungan-gabungan petani, yang selanjutnya membentuk Bumdes, Koperasi ataupun BUMP. Kemudian ditambahkan dengan beberapa tenaga professional agar memperluas jangkauan usaha seperti pembiayaan. KOPITU bisa memfasilitasi hal ini dengan hilirisasi yang selama ini sedang kami lakukan. Hal ini penting dilakukan untuk menghindarkan jaringan usaha dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab”, ungkap Yoyok.
Menurut Bayu Dwi Apri, Food traceability atau ketertelusuran makanan harus mencakup dari faktor input penanaman, distribusi dan perdagangan sampai ke rak terakhir penjualan untuk komsumen akhir. “Mungkin bagi sebagian besar masyarakat Indonesia ketika membeli makanan atau bahan makanan tidak terlintas untuk mempertanyakan asal makanannya dari mana, bagaimana cara menanamnya, amankah dikonsumsi dan lainnya. Sebaliknya, di Eropa, Amerika Serikat dan Australia itu menjadi perhatian khusus dan telah menjadi syarat dalam industri makanan”, ungkapnya. Ketertelusuran ini diharapkan dapat memberikan dampak yang baik bagi supply chain pertanian secara keseluruhan. “Selain itu, user akan lebih yakin tentang product safety, product security dan reliability”, lanjutnya.
Rudolf Irawan menyampaikan bahwa Korporatisasi Petani merupakan langkah pemberdayaan yang levelnya berbeda dengan pemberdayaan petani yang dilakukan secara meluas belakangan ini. “Korporatisasi ini tidak hanya kita bisa membimbing mereka untuk menjadi terorganisir, tapi juga bisa mengatur proses supply chain mulai produksi hingga pengolahan lanjut. Bahkan dengan mitra yang tepat, penetrasi market ekspor bisa dilakukan seperti yang disampaikan Ketum tadi”, ungkap Rudolf.
“Baik platform, market, dan hal lain yang dibutuhkan untuk ekosistem ini sudah kami siapkan. Kalau bukan kita yang bikin melek petani dan semua pemangku kepentingan, siapa lagi? Salam KOPITU!”, pungkas Yoyok.
Follow Sosial Media :
TAGAR : #Indonesia #SuksesExpor # #UMKM #umkmkopitu #goExpor #goGlobal #ukmnaikkelas #yoyokpitoyo #KOPITU
Facebook : https://www.facebook.com/kopitupusat
Twitter : https://twitter.com/KomiteKecil
Instagram : https://www.instagram.com/kopitu_/