Menyongsong budidaya Porang skala besar yang akan digalakan oleh Kementerian Pertanian, perlu ada persiapan yang matang dalam fasilitasi hilir. Terutama, untuk mencegah adanya penumpukan pasok Porang ketika hasil panen mencapai kuota puncak. Mengingat skala budidaya tersebut melibatkan ratusan ribu hektar, tentu perlu ada kejelasan terlebih dahulu untuk mengamankan pasar di masa yang akan mendatang untuk mencegah jatuhnya harga porang atau ketidak stabilan pasar. Tidak hanya itu, namun kebutuhan dan alur pasok porang di skala domestik juga perlu diperhatikan oleh pemerintah. Hal ini dapat diatasi dengan menyiapkan offtaker-offtaker yang memiliki kapasitas yang sesuai dengan jumlah pasokan porang yang tersedia.
Namun, dewasa ini muncul isu-isu dan permasalahan ekspor produk pangan pertanian dari Indonesia yang tidak dapat memasuki pasar Tiongkok. Isu ini terlepas dari apapun penyebabnya, perlu diatasi dengan langkah teknis yang strategis untuk menghilangkan faktor minus dari ekosistem ekspor pangan. Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan memastikan kualitas produk porang dan olahanya di setiap proses yang dilalui. Artinya, semua pihak yang terlibat dalam rantai pasok akan memiliki tanggung jawab masing-masing terhadap output produk akhir. Setiap kecacatan dalam rantai pasok akan dapat diketahui sehingga akan lebih mudah dalam meningkatkan kredibilitas produk porang dan olahan dari Indonesia.
Traceability atau ketertelusuran bahan pangan saat ini menjadi aspek yang sangat penting dalam rantai pasok pangan. Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi, dalam Webinar KOPITU tanggal 8 Juni 2021 lalu. Selain Dirjen Tanaman Pangan, event tersebut juga turut dihadiri oleh Ali Jamil selaku Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Indah Megahwati selaku Direktur Pembiayaan Pertanian, Chandra Bagus Sulistyo selaku Group Head Government Program – Small Business and Program Division BNI, Mohammad Isnaeni selaku Micro Banking Group Head Bank Syariah Indonesia, Yoyok Pitoyo selaku Ketua Umum KOPITU, Artanto Salmoen Wargadinata selaku Wakil Sekretaris Jenderal KOPITU, Prof Mohammad Winugroho selaku Wakil Ketua Umum KOPITU Bidang Pengembangan Pertanian dan Peternakan, dan Ari Gunawan selaku Wakil Ketua Umum KOPITU Bidang IT. Dalam event tersebut, pembahasan difokuskan pada pentingnya Traceability atau ketertelusuran bahan pangan khususnya komoditas porang dalam rantai pasok pangan saat ini.
“Bahan pangan sangat riskan dengan perpindahan tangan dan proses yang panjang untuk sampai ke konsumen, oleh karena itu untuk mempermudah dan memastikan keamanan, kualitas serta kredibilitas diperlukan sebuah platform yang dapat memungkinkan tiap pelaku dalam rantai pasok untuk dapat melacak balik alur produk tersebut disertai berbagai informasi penting”, ungkap Yoyok Pitoyo dalam kata sambutan pada event webinar. Menurut Yoyok, peningkatan nilai produk disertai keamanan dan kepercayaan para pelaku hanya dapat diperoleh jika tiap proses yang dilalui produk dan tiap pelaku yang terlibat dalam sistem dapat diidentifikasi secara lengkap.
Suwandi menuturkan, “Kami sangat mengapresiasi dan mendukung adanya platform Traceability KOPITU ini. Selama ini memang inilah yang sangat dibutuhkan bagi para petani maupun pelaku industri chip porang”. Berbagai negara telah menerapkan traceability sebagai standar rantai pasok pangan mulai tahun 2000-an. “Terutama dengan adanya teknologi Blockchain, tentu akan sangat membantu dalam mengidentifikasi titik permasalahan dalam sebuah rantai pasok”, ungkap Suwandi.
“Dengan anggaran beru terserap 30 Triliun dari 70 Triliun, sangat penting untuk menciptakan ekosistem digital baru seperti ini. Karena dengan demikian, pembiayaan pertanian akan dengan mudah diberikan kepada fasilitator pertanian untuk melakukan pemberdayaan, koordinasi dan pendampingan bagi petani untuk dapat menghasilkan produk pangan unggulan serta mengembangkan industri pertanian ke arah yang lebih modern dan maju”, ungkap Indah.
“Saya rasa sangat memungkinkan untuk memberikan pembiayaan ketika ada sistem traceability seperti ini. Kami dari perbankan dapat meminimalisir resiko dan akan lebih mudah memberikan akses pendanaan melalui KUR Khusus kepada petani.” ungkap Chandra Bagus. Menurut Chandra Bagus dan Isnaeni, Traceability Blockchain KOPITU ini dapat menjadi sebuah instrumen baru yang dapat menciptakan sinergi baru dengan berbagai pihak dikarenakan adanya peningkatan kredibilitas. Respon baik juga turut diberikan oleh Duta Besar Republik Indonesia di Buenos Aires, Argentina dan Duta Besar Indonesia di Antananarivo, Madagascar yang sempat hadir dalam acara ini.
Follow Sosial Media :
TAGAR : #kopitu #UMKM #umkmkopitu #goExpor #goGlobal #ukmnaikkelas #yoyokpitoyo #TRACEBILITY #kur #PORANG #PLATFORMKOPITU #PERBANKKAN
Facebook : https://www.facebook.com/kopitupusat
Twitter : https://twitter.com/KomiteKecil
Instagram : https://www.instagram.com/kopitu_/