Denpasar, LenteraEsai.id – Indonesia – Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) antara pemerintah Indonesia dan Australia terjalin pada tanggal 4 Maret 2019 di Jakarta.
Penandatanganan ini merupakan sebuah tonggak sejarah penguatan hubungan kerja sama di bidang ekonomi antara Indonesia dan Australia dan sekaligus sebagai penanda penguatan dalam hubungan bilateral baik untuk saat ini maupun ke depannya.
Penandatanganan ini dianggap sangat penting mengingat masih kurangnya nilai perdagangan dan investasi, terutama dari Indonesia ke Australia, sehingga belum bisa tercapai adanya trade balance dan pengembangan usaha di sektor-sektor ekspor-impor yang dituangkan dalam IA-CEPA.
Adapun sektor-sektor yang berada di bawah IA-CEPA adalah sektor trade in goods, trade in services, investment, e-commerce, competition policy, economic cooperation, serta institutional and framework provisions. Hal-hal yang termasuk di dalam trade in goods adalah rules of origin, custom producers and trade facilitation, technical barriers to trade, sanitary dan phitosanitary.
Sedangkan untuk trade in service, termasuk di dalamnya adalah movement of natural persons, financial services, telecommunications, dan professional services.
MoU IACEPA telah diratifikasi oleh Parlemen Australia pada Desember 2019, sedangkan di Indonesia baru akan diratifikasi pada bulan Januari/Februari 2020.
Dua MoU yang tercakup dalam IACEPA adalah MoU yang terkait dengan bidang pendidikan vokasi, di mana lembaga-lembaga pendidikan di Australia diberikan peluang untuk bekerja sama dengan lembaga pendidikan di Indonesia untuk mengadakan pelatihan tenaga siap kerja atau vocational training yang berstandar internasional atau AQF (Australia Qualification Framework), sehingga dapat bersaing di dunia kerja baik di Indonesia maupun di luar negeri, khususnya Australia.
Di bawah payung MoU tentang pendidikan vokasi ini juga diberikan kesempatan untuk para siswa atau pengajar atau tenaga terampil dari Indonesia yang memenuhi persyaratan untuk dapat mengikuti program training sesuai bidang di institusi pendidikan ataupun perusahaan-perusahaan di Australia yang sudah terdaftar dalam daftar sponsor visa training Australia.
Selain MoU tentang pendidikan vokasi atau training, juga disepakati tentang MoU on the Indonesia-Australia Skills Development Exchange Pilot Project yaitu pertukaran tenaga ahli atau terampil atau berpengalaman dari Indonesia ke Australia dan bekerja di perusahaan-perusahaan di Australia sesuai dengan bidang keahliannya masing-masing.
Sebagai salah satu bentuk penerapan IACEPA di bidang vokasi dan training, LPK Lumbung Deso, diwakili oleh Yoyok Pitoyo SE selaku direktur LPK yang juga menjabat sebagai Ketua Umum KOPITU (Komite Pengusaha UMKM Indonesia Bersatu) yang berkantor pusat di Purwokerto (Jawa Tengah), dan New Era Institute (Sydney, Australia) yang diwakili oleh Business Development Director, Dr. Khaled Hammad; bersepakat untuk bekerja sama dalam bidang vokasional, yaitu dengan penyelenggaraan pendidikan keahlian setingkat D2 di bidang Early Childhood Education and Care berstandar internasional yang diakui di Australia dengan kualifikasi para lulusan adalah Certificate III in Early Childhood Education and Care dan Diploma of Early Childhood Education and Care.
Sistem pelatihannya pun dilakukan dengan standar Australia dan para lulusan dari Program ini akan berkesempatan mengikuti training di lembaga-lembaga seperti family care atau children care di Australia dan Indonesia, atau di negara-negara lain. Adapun untuk sistem pengajarannya dilakukan dengan sistem on-shore (Kampus Sydney, Australia) dan off-shore (Kampus Purwokerto, Jawa Tengah).
Bagi para siswa program on-shore akan mulai ditempatkan untuk program training di Australia setelah tiga bulan pertama belajar, sesuai dengan kualifikasinya. Sedangkan untuk pekerja off-shore.
Usai acara penandatanganan MoU, Yoyok Pitoyo menjelaskan bahwa selama ini banyak ‘student’ Indonesia yang mengalami kendala untuk bekerja formal di Australia.
“Dengan adanya pelatihan ini, maka student tidak perlu risau karena ada jaminan untuk training dan bekerja. Masa kerja bisa dilakukan di Australia atau Indonesia, karena nanti direncanakan dibuka sejumlah rumah sakit berstandar Australia di kota-kota di Indonesia,” ujar Yoyok.
Mengenai persyaratan, Yoyok memberi deskripsi antara usia 18-40 tahun dan minimal mengenyam pendidikan di tingkat SLTA.
“Untuk gaji yang diterima berkisar Rp 30 juta – Rp 40 juta per bulan. Karena rata-rata per jam pekerja akan mendapatkan 19-20 dolar,” katanya.
Sementara itu, Dr Khaled Hammad menambahkan, pihaknya berterima kasih atas keterbukaan Pemerintah Indonesia yang memberi jalan bagi lembaga pelatihan di Australia untuk melakukan sistem edukasi di Indonesia, yang kali ini bekerja sama dengan LPK Lumbung Deso.
“Selama ini, hubungan bilateral antarkedua negara Australia dan Indonesia sudah terjalin dengan baik. Saat ini sudah ada 16 negara yang bekerja sama dengan kami New Era Institute. Kami harapkan dengan kerja sama ini, bisa meningkatkan skill generasi muda agar memiliki kompetensi Australia atau internasional. Dengan demikian, akan mudah mendapatkan pekerjaan di level internasional,” ujar Dr Khaled.
Menyinggung soal pekerja Indonesia di Australia, diitegaskan Mr Khaled, memang memiliki nilai positif tersendiri. Antara lain, pekerja keras, disiplin, serta memiliki kemauan tinggi untuk belajar.
“Yang kami lihat, hanya soal bahasa yang perlu ditingkatkan. Makanya dengan kerja sama ini, semoga bisa menjadi solusi soal kendala kebahasaan,” ujarnya, menjelaskan. (LE-DP)