Dirgahayu Kemerdekaan RI Ke-75

Indonesia seperti dimaklumi merupakan penghasil kelapa terbesar di dunia dengan produksi diperkirakan sebesar 15 juta ton setiap tahun dari areal lahan seluas 3,5 juta hektar (2018). Indonesia juga banyak menghasilkan produk turunan dari kelapa seperti kopra, kelapa parut kering, minyak goreng, santan, nata de coco dan minyak kelapa murni atau Virgin Coconut Oil (VCO). Bahkan dimasa pandemi COVID-19 yg terjadi di Indonesia saat ini muncul berbagai testimoni bombastis terkait dengan keampuhan penggunaan VCO untuk mengatasi SARS-COV2 penyebab COVID-19, termasuk rencana uji klinis VCO sebagai obat herbal dengan katagori fitofarmaka untuk pengobatan penderita COVID-19. Oleh karena itu wajar kalau saat ini VCO bersama obat herbal lain banyak diburu oleh masyarakat Indonesia, karena di dalam VCO memang mengandung senyawa lemak jenuh rantai sedang seperti asam laurat (C12) dan asam kaprat (C10) sebagai monogliserida yg bersifat anti bakteri, jamur dan virus. Selain itu, VCO juga memiliki nutrisi terutama sebagai sumber energi yg baik untuk penguatan daya tahan tubuh.

Sesungguhnya hampir semua bagian tanaman kelapa dapat dimanfaatkan, karena itu tanaman kelapa sering disebut sebagai tanaman kehidupan (tree of life), termasuk produk sampingan kelapa (by product) seperti air kelapa, sabut dan tempurung kelapa. Hingga kini tempurung kelapa banyak dimanfaatkan untuk dijadikan arang sebagai bahan baku dalam pembuatan briket dan arang aktif. Dalam pembuatan arang tempurung kelapa akan dihasilkan asap yg bisa diolah menjadi asap cair yg selain memiliki nilai tambah juga dapat mengurangi pencemaran lingkungan. Selama ini asap tempurung kelapa sudah terbiasa digunakan untuk pengawetan bahan pangan (ikan) meskipun dianggap berbahaya karena masih mengandung senyawa yg bersifat karsinogen.

Secara umum asap cair tempurung kelapa merupakan hasil dari proses pirolisis dan destilasi tempurung kelapa yg mengandung komponen selulosa dan lignin melalui pengaturan suhu dan waktu dalam pembuatannya. Dengan perkataan lain, dalam setiap pembuatan arang tempurung kelapa akan dihasilkan asap cair dengan beragam grade, mulai dari grade_3, _grade 2, grade 1 dan geade premium yg masing-masing memiliki manfaat yg berbeda-beda. Pada umumnya asap cair tempurung kelapa memiliki kandungan senyawa dari kelompok fenol, asam organik dan karbonil yg bersifat sebagai anti bakteri, antioksidan, koagulan dan bebas dari senyawa-senyawa Policiclyc Aromatic Hydrocarbon (PAH) seperti Benzo(o)pyren yg bersifat karsinogen. Dengan demikian asap cair tempurung kelapa dapat dimanfaatkan sebagai pengawet bahan pangan (ikan, daging, bakso, mie), pengolesan pada kayu sehingga tidak dirusak oleh rayap, pembentuk sifat karakteristik aroma, rasa dan warna serta penggumpal lateks dalam industri BOKAR. Bahkan di luar food grade, untuk asap cair jenis premium grade sangat dibutuhkan dalam industri kosmetika dan farmasi. Selain dari bahan tempurung kelapa, asap cair juga bisa dibuat dari bagian sabut kelapa, sekam, limbah sawit maupun biomassa lain.

Dengan kandungan tempurung kelapa sekitar 15 persen dari kelapa segar dan produksi kelapa segar sekitar 15 juta ton per tahun, produksi arang tempurung kelapa untuk arang aktif dan asap cair sangat potensial untuk mengisi ceruk pasar dalam negeri maupun pasar global. Meskipun demikian berbagai persoalan dan tantangan masih dihadapi oleh pelaku usaha arang dan asap cair tempurung kelapa diantaranya adalah yg terkait dengan akses modal usaha, teknogi, SDM dan sertifikasi penjaminan keamanan dan mutu dari asap cair tempurung kelapa. Selama ini arang dan asap cair tempurung kelapa banyak dihasilkan oleh para pelaku usaha yg berasal dari sentra-sentra tenaman kelapa di Indonesia seperti Riau, Sulut, provinsi-provinsi di pulau Jawa dan Lampung.

KASONGAN, Bantul 22 Agustus 2020

Asikin CHALIFAH

Sekjen DPP Komite Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Indonesia Bersatu (KOPITU).

No comments