UPDATE KOPITU – MENGONTROL PERUSAHAAN, MENGONTROL NEGARA
Apa yang anda tidak miliki itu tidak bisa anda kendalikan. Ini seperti aksioma. Kita hanya bisa menerima kebenarannya.
Coba anda atur-atur semau anda ke karyawan perusahaan sebuah toko atau pabrik yang bukan milik anda . Anda bukan siapa-siapa di perusahaan itu.
Cobalah bergaya jadi semacam pemilik atau komisaris perusahaan. Kalau keterlaluan dan sudah sangat menjengkelkan pasti anda hanya akan diurus oleh satpam perusahaan.
Termasuk urusan negara. Anda yang mengaku ngaku saja sebagai warga negara tapi tanah sejengkalpun tidak punya maka anda sebetulnya ya hanya dianggap sebagai angin lalu. Warga Negara palsu, pengontrak!
Coba anda atur-atur rumah tangga orang lain, istri atau suami atau partner orang lain anda suruh suruh semau anda. Anda minta agar mereka mengikuti kemauan anda semena mena. Akibatnya fatal, anda pasti sudah tahu. Selanjutnya, nasib anda entah akan seperti apa, mungkin babak belur dulu sebelum dikirim ke rumah sakit jiwa karena anda dikira orang gila ??.
Perusahaan, negara dan bahkan rumah tangga itu sebetulnya sebuah sertifikat. Sertifikatnya kalau perusahaan itu bentuknya lembar saham, kalau negara itu bentuknya selembar sertifikat tanah kali ya, lalu kalau rumah tangga itu bentuknya surat nikah.
Sertifikat itu semacam rekognisi atau pengakuan. Lalu pengakuan itu dimaksudkan untuk menjelaskan otoritas, fungsi dan lain sebagainya.
Nah, sekarang mari kita cek, sebagai sebuah bangsa dan negara apakah anda sebetulnya punya otoritas untuk mengatur sesuai dengan kedaulatan anda sebagai rakyat yang ngaku ngaku sebagai pewaris syah negara ini atau tidak.
Maaf, terpaksa saya menyampaikan hal yang menyedihkan. Dari 74 persen petani kita itu gurem alias tidak punya tanah alias hanya buruh tani. Perusahaan apalagi, dari 40 juta pekerja formal kita itu tidak turut punya saham perusahaan.
Akibatnya, kekayaan nasional republik ini separuhnya dikuasai 1 persen orang. Kalau ditambah kepemilikan tanah maka, 80 persennya itu dimiliki oleh 1 persen orang itu.
Ternyata kalau dihitung hitung sebagaian besar kita itu sebetulnya bukan orang yang nyata nyata jadi pemilik republik ini. Jadi anda selama ini sebetulnya hanya mengaku ngaku. Maaf lho ya ….
Selama ini, anda sebetulnya tidak punya hak untuk mengatakan bahwa anda itu rakyat berdaulat seperti yang ditulis dalam Undang Undang Dasar.
Anda tidak punya hak!. Mengatur Presiden, menteri, gubernur, bupati / walikota seperti mau anda. Anda hanya dibutuhkan untuk mencoblos tok! sesuai dengan kesenangan anda.
Kalau anda senang dengan pidato berbusa busa calon pemimpin anda, maka anda boleh memilihnya. Semau anda.
Tapi soal isi pidato yang menyenangkan dan penuh janji janji menggairahkan itu akan direalisasikan atau tidak, itu soal lain. Itu urusan orang yang anda pilih itu. Kalau anda protes urusanya panjang. Anda bisa digebukin.
Sebab sesungguhnya yang punya otoritas negara itu adalah mereka, elit kaya dan elit politik yang juga kaya kaya. Mereka itu yang sesungguhnya punya kuasa tentukan peraturan, tentukan kebijakan negara. Tentukan nasib anda.
Mereka itu kekayaan dan kekuasaanya semakin kuat dan semakin menggurita!. Prinsipnya, siapa yang jauh dari kekuasaan itu yang dikenai peraturan dan yang dekat dari kekuasaan itu yang diuntungkan dari peraturan.
Anda sebetulnya bisa saja merombak keadaan ini, ya setidaknya kalau tidak bisa anda nikmati sekarang, itu penting untuk anak cucu anda. Buat yang ingin punya anak dan bercucu dan cicit.
Kekayaan dan kekuasaan segelintir elit itu sebetulnya sumbernya dari perusahaan. Entah itu perusahaan pribadi atau perusahaan BUMN dan BUMD.
Mereka itu dengan kekuatan modal di perusahaan itulah sumbernya. Klaim kepemilikkan atas modal Perusahaan Perseroan sebagai sumber penentu kebijakan perusahaan.
Betapa anda yang bekerja dan juga konsumen produk mereka sebetulnya yang riil hari hari ikut menghasilkan keuntungan.
Pasalnya, karena anda setujui, dan anda amini bahwa hanya yang setor modal finansial itulah yang tentukan seluruh kebijakan perusahaan.
Mau meres anda sebagai buruh dengan gaji sekecil kecilnya dan juga mau merusak alam itu anda tidak punya kekuasaan untuk mengaturnya. Bagi mereka yang penting profit, keuntungan sebesar besarnya.
Buruh yang hanya punya tenaga seperti anda itu ya nasibnya ditentukan oleh mereka. Mau digaji berapa dan mau dipecat dan diganti siapa ya semau mau mereka.
Itu kenapa segelintir orang yang kaya makin kaya dan bahkan bisa tekan usaha usaha kecil yang baru lahir dengan kekuataan kekayaan dan kekuasaan mereka.
Nah, bagaimana caranya agar anda bisa lepas dari jerat sistem seperti ini?. Caranya mudah saja sebetulnya.
Anda buat perusahaan baru, tapi saham perusahaannya anda bagi dengan yang bekerja. Anda buat aturan bahwa setiap orang berhak mengambil keputusan satu orang satu suara, berapapun besarnya modal yang disetorkan.
Perusahaan itu kalau sudah mulai berkembang lalu anda bagikan juga sebagian kepemilikkanya kepada konsumen anda. Semua jenis perusahaan. Termasuk untuk BUMN dan BUMD itu.
Jadi semua bisa mendapat hak untuk menentukan kebijakan perusahaan dan juga mendapatkan bagian keuntungan.
Hentikan untuk berkoar koar di jalanan. Apalagi kalau cuman sekedar menuntut kenaikan gaji, BUKAN TUNTUT KEPEMILIKKAN SAHAM ATAU MINTA BUMN DAN BUMD ITU DIKONVERSI JADI MILIK ANDA MELALUI MIDEK KOPERASI PUBLIK.
Seperti di Amerika Serikat yang kita tuduh kapitalis itu. Disana perusahaan listriknya itu masif di seluruh negara bagian dimiliki oleh pelangganya masif di seluruh desa.Namanya National Rural Elextricity Cooperative Association ( NRECA).
Pelannggannya jadi pemilik!. Keuntunganya dibagi ke mereka setelah dikurangi biaya operasi. Komisaris dan direksinya dipilih oleh pelanggan dan mereka ikut tentukan kebijakan perusahaan dan setiap orang diakui haknya satu orang satu suara!
Jadi, percuma kalau hanya tuntut naik gaji saja!. Anda gajinya naik tapi karena komponen gaji itu jadi penentu harga produk maka mereka akan segera menaikkan harga atau malah menekan bahan baku dari rakyat kecil.
Harga harga barang akan naik secara umum, lalu terjadilah inflasi. Kalau sudah inflasi maka maka daya beli atau nilai uang anda juga semakin tak berarti. Kemarin sebelum gaji naik bisa buat beli beras sekintal, tapi setelah gaji naik hanya bisa buat beli beras 90 kilo. Gitu penjelasanya….
Mungkin gaji anda naik 10 persen, tapi daya beli anda drop 11 persen. Jadi anda sebetulnya malah bernasip lebih buruk dari sebelum gaji naik. Sudahlah!
Nah, gimana ? mau terus bernasib sial ?. Atau lakukan perubahan?. Saya sih memilih berubah! saya kembangkan perusahaan koperasi yang dimiliki konsumen sampai dengan yang bekerja!
Demokratisasi Ekonomi Sekarang!
Purwokerto, 30 Januari 2021
Suroto
Pegiat Demokratisasi Ekonomi
TAGAR : #demokrasi #DemokratisasiEkonomi #Pancasila #GotongRoyong #PerusahaanDemokratis #SahamUntukBuruh
Follow Sosial Media
Facebook :
(20+) Kopitu Komite Pengusaha Mikro Kecil Menengah Indonesia Bersatu | Facebook
Twitter : https://twitter.com/KomiteKecil
Instagram : https://www.instagram.com/kopitu_/