STATE OF REVIEW KOPITU TERHADAP PROGRESS PEMULIHAN EKONOMI NASIONAL BAGI UMKM Kaleidoskop Pemulihan Ekonomi Sektor UMKM dari Sudut Pandang KOPITU

komite-umkm.org – Sudah setahun lamanya COVID-19 melanda Indonesia dengan dampak tak terelakkan terhadap berbagai sektor. Semua negara tanpa terkecuali mengalami kontraksi perekonomian yang signifikan dirasakan oleh masyarakat luas. Dampak perekonomian ini memang bukan hal yang mudah diatasi. Sejarah telah berulang kali membuktikan, perekonomian akan mengalami proses pembaikan pasca pandemi. Berbagai upaya telah dilakukan berbagai pihak melalui berbagai macam bantuan. Dalam hal perekonomian, bagaimana hasil upaya-upaya tersebut di Indonesia khususnya bagi UMKM?

UMKM merupakan salah satu penopang utama ekonomi masyarakat. Dilansir dari Institut Manajemen Koperasi Indonesia (IKOPIN), UMKM Indonesia menjadi salah satu yang paling rentan atas imbas COVID-19. Padahal UMKM sangat besar. Sekitar 97% dari keseluruhan angkatan kerja mendapat penghidupan dari sektor ini. Sekitar 60% dari PDB dan 14% ekspor disumbang oleh UMKM. Oleh karena itu sudah sepantasnya UMKM menjadi salah satu kunci turning table pada permasalahan perekonomian saat ini.

Dewasa ini, sebuah video menjadi viral setelah Bupati dari Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Boltim), Sulawesi Utara mengungkapkan kekecewaannya terhadap mekanisme penyaluran bantuan yang pada pelaksanaannya melibatkan sebuah Perusahaan Pembiayaan. Daftar penerima bantuan yang diajukan oleh Perusahaan Pembiayaan terkait merupakan nasabah atau pengguna jasa dari Perusahaan Pembiayaan yang sudah terikat kredit sejak awal. Baik Bupati Boltim maupun pihak Perusahaan Pembiayaan terkait telah memberikan statement klarifikasi secara terbuka melalui media. Bupati Boltim telah menyampaikan permintaan maaf terhadap pemerintah terkait kegaduhan yang telah ditimbulkan. Sedangkan Perusahaan Pembiayaan terkait mengklarifikasi mengenai bunga yang diterima oleh Debitur dan terkait izin yang dimiliki. Namun jika ditinjau secara skematik, beberapa ketidaksesuaian terjadi dalam system ini, yaitu penggabungan skema kredit dengan pengajuan bantuan. Tentunya itu berarti ada kemungkinan ketidaksesuaian pengajuan atau penyaluran. Indikasi yang ada yaitu praktek moral hazard yang kemungkinan dilakukan melalui sistem yang tertata dengan rapi. Dalam bidang ekonomi, risiko moral atau moral hazard dapat terjadi ketika seseorang meningkatkan paparan mereka terhadap risiko ketika tertanggung. Hal ini dapat terjadi, misalnya, ketika seseorang mengambil lebih banyak risiko karena orang lain menanggung biaya dari risiko-risiko tersebut. Skenario ini memang cenderung sulit diatasi karena dalam kasus ini, pihak pengusul telah mengikat calon penerima melalui kredit, sehingga memaksa para calon penerima untuk mengambil atau menerima kredit dari Perusahaan Pembiayaan yang juga berperan sebagai pengusul. Di samping itu, langkah yang memungkinkan adalah melibatkan asuransi, namun dengan skala yang begitu luas dan nominal yang cenderung sangat tanggung untuk diasuransikan, keterlibatan pihak asuransi sebagai fungsi pengaman sistem maupun dana menjadi tidak dapat diterapkan. Mengingat berbagai resiko yang kemungkinan terjadi dan kemungkinan distorsi sistem oleh oknum di hilir serta tidak adanya bailout bagi lembaga keuangan penyalur membuat pemerintah perlu mereview kembali pelaksanaan sistem ini secara kolektif di setiap point.

Selain masalah tersebut, dilansir dari Republika (Ekonom: Kredit Perbankan Jadi Kunci Pemulihan Ekonomi | Republika Online), masih banyak Debitur dengan kategori lancar (Kolek 1 dan Kolek 2) yang mendapatkan penolakan pengajuan Kredit dari Perbankan. Berdasarkan suvey yang dilakukan oleh Ekonom Universitas Padjadjaran, Aldrian, Debitur bagus dan lancar, sekarang kesulitan kredit modal kerja. Ketika mereka mengajukan kredit, Perbankan menolak secara halus dengan cara menambahkan syarat-syarat yang tidak pernah diminta sebelumnya, sehingga Debitur mengalami kesulitan. Aldrin mengaku telah melakukan survei terhadap 50-70 Debitur kelas menengah ke atas dan merupakan nasabah eksisting bank yang berkategori lancar pembayaran cicilan kreditnya, namun mendapatkan penolakan dari bank atas pengajuan kredit modal kerjanya. Suplai kredit rendah bukan karena perbankan tidak punya uang, namun perbankan masih melihat risiko yang tinggi saat memberi kredit ke pelaku usaha. Jika kondisi terus menerus seperti ini, perbankan sebagai Lembaga penyalur utama kredit terlalu berhati-hati hingga menghambat kredit bagi pelaku usaha, maka siapa yang akan menyediakan kredit?

Selain itu bagi para debitur yang telah menerima kredit dari perbankan juga masih banyak yang tidak menerima informasi mengenai relaksasi. Tentunya hal ini menjadi titik lumpuh program PEN yang diharapkan dapat mengembalikan kondisi perekonomian Indonesia, karena dengan masyarakat yang masih sulit memperoleh akses informasi, perlu adanya sosialisasi yang lebih aktif dan gencar hingga ke daerah-daerah. Untuk itu, demi menyongsong tahun 2021, para stakeholder perlu duduk bersama dan menyusun strategi yang lebih baik di tahun 2021, dengan cara melibatkan lebih banyak Lembaga yang bereputasi dalam membantu aspek-aspek kritis. Kebijakan yang lebih matang dan keputusan yang berani memang diperlukan untuk mengatasi hal besar seperti dampak ekonomi yang dikarenakan pandemi. Satu hal yang pasti, relaksasi, bantuan dan stimulus masih sangat dibutuhkan bagi UMKM Indonesia untuk kembali bergerak dan memulihkan perekonomian melalui usaha yang merakyat dan menyeluruh.

Artikel oleh: Yoyok Pitoyo, Ketua Umum Komite Pengusaha Mikro Kecil Menengah Indonesia Bersatu, Desember 2020.

TAGAR : #kopitu #umkmkopitu #suksesexpor #goExpor #goGlobal #ukmnaikkelas #ukm #ketuaumum #ketua ukm #ketua umkm #blt #covid-19 #over view kopitu terhadap pen

Follow Sosial Media

Facebook : 
(20+) Kopitu Komite Pengusaha Mikro Kecil Menengah Indonesia Bersatu | Facebook

Twitter : https://twitter.com/KomiteKecil

Instagram : https://www.instagram.com/kopitu_/

UPDATE UMKM – Pemulihan Ekonomi Tak Mulus, Pemerintah Pusing Soal Data!

komite-umkm.org – Persoalan data seakan menjadi masalah akut di Indonesia. Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki bahkan mengakui persoalan data ini yang membuat serapan anggaran pada program pemulihan ekonomi nasional (PEN) tidak berjalan sebagaimana mestinya, jauh lebih rendah dari proyeksi awal.

“Sekarang ini susah, kami kemarin membuat kebijakan pemulihan ekonomi nasional dengan Ibu Menteri Keuangan (Sri Mulyani), dengan Pak Menko Perekonomian (Airlangga Hartarto), ya kita menggunakan data yang belum terkonsolidasi. Jadinya banyak yang nggak terserap karena estimasinya terlalu tinggi,” kata Teten dalam penandatanganan MoU antara Menteri Koperasi dan UKM dengan BPJS Ketenagakerjaan secara virtual, Rabu (4/11).

“Mudah-mudahan ke depan jadi lebih baik dan sesuai arahan Pak Presiden (Joko Widodo) di rapat paripurna kemarin, sampai Q1 tahun depan masih cukup berat bagi UKM,” kata Teten.

Di sisi lain, Jokowi menugaskan agar UKM yang bertahan bisa menyerap banyak tenaga kerja. Teten mengklaim sedang menyusun agar sektor UMKM bukan lagi kategori pekerja informal, melainkan formal. Sehingga perlu didorong agar UKM naik kelas, dari kecil ke menengah, kemudian menengah ke besar.

“Karena yang kecil-kecil ini timbul tenggelam itu biasa. Buka tutup biasa, beralih kerja biasa. Kita mau dorong tumbuh naik kelas sehingga transformasi dari informal ke formal. Sehingga ada kepastian siapapun yang kerja, kepastian untuk mendapat pekerjaan, jaminan kesehatan dan ketenagakerjaan,” paparnya.

Sumber Refrensi : https://www.cnbcindonesia.com/

TAGAR : #kopitu #umkmkopitu #suksesexpor #goExpor #goGlobal #ukmnaikkelas #umkm #pen #teten_masduki #pemulihan ekonomi

Follow Sosial Media

Facebook : https://www.facebook.com/kopitu.jaya.5/

Twitter : https://twitter.com/KomiteKecil

Instagram : https://www.instagram.com/kopitu_/

UPDATE KOPITU – Cara Pemprov Jatim Pulihkan Ekonomi yang Terdampak Pandemi COVID-19

komite-umkm.org – Selama pandemi COVID-19, perekonomian menjadi salah satu sektor yang paling terdampak. Kini pemerintah pusat maupun daerah terus melakukan upaya pemulihan.


Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa memaparkan, terdapat dua strategi yang digunakan untuk memulihkan perekonomian di Jatim. Yaitu potential losers dan winners.

Potensi losers terdapat tujuh bagian perekonomian di dalamnya. Seperti pariwisata, konstruksi, transportasi darat, laut & udara, pertambangan, keuangan, otomotif dan UMKM. Sedangkan potensi winners ada enam bagian. Yaitu jasa logistik, jasa telekomunikasi, elektronik, makanan dan minuman, kimia, farmasi dan alat kesehatan sampai produk tekstil. Kedua potensi ini juga terdapat sektor pertanian.

“Potensial losers di masing-masing daerah akan diidentifikasi bupati, wali kota dan bagaimana respons kecepatan dari seluruh publik, yang diputuskan kepada daerah dan OPD masing-masing,” kata Khofifah dalam zoom meeting, Senin (2/11/2020).

Pemprov Jatim telah membuat road map kebijakan pemulihan ekonomi di masa pandemi COVID-19. Yakni ekonomi dan kerawanan sosial (konflik horizontal distrust society, munculnya kelompok pemanfaatan keadaan). Pemerintah juga menjaga basis komunikasi masyarakat untuk memperkokoh pondasi perekonomian Jatim.

“Mengamankan daya beli masyarakat melalui social safety net (kolaborasi program pusat-daerah), dan memastikan kelancaran distribusi dan ketersediaan bahan pokok melalui lumbung pangan Jatim. Ada 6 bagian basis komunikasi masyarakat. Yaitu PKH plus dengan sasaran lansia di 10 kabupaten kantong kemiskinan, program suplemen (BPNT), pembinaan, pengawasan dan fasilitas pelaksanaan BLT, Lumbung Pangan Jatim menjangkau 38 kabupaten/kota dan bantuan pemerintah subsidi gaji/upah pekerja,” paparnya.

Ada pun pemulihan ekonomi berbasis UMKM dengan total anggaran Rp 454,26 miliar. Khofifah mengatakan, terdapat penguatan kelembagaan dan pengawasan, fasilitas pemasaran, penguatan akses pembiayaan penguatan produksi dan restrukturisasi usaha serta penguatan SDM KUKM.

“Ada Jatim Puspa penanganan COVID-19, pemberdayaan BUMDes dan usaha ekonomi masyarakat. Bantuan permodalan BUMDes, bantuan presiden produktif usaha mikro, pembinaan UMKM paripurna dan fasilitas standarisasi produk UMKM,” ujar Khofifah.

Dewan Pakar Pemprov Jatim serta Founder dan Chairman Markplus, INC, Hermawan Kertajawa mengaku bangga kepada satu-satunya gubernur perempuan di Pulau Jawa ini. Sebab, sudah memulihkan ekonomi dengan menggunakan logika dan humanity.

“Perekonomian Jatim kedua dari semuanya dan kita bangga Ibu sebagai pemimpin perempuan tidak hanya menggunakan logika, masih humanity apa lagi punya background Kemensos,” kata Hermawan.

Sementara Bupati Lumajang, Thoriqul Haq fokus pada penggerakan perekonomian sektor bawah. Terutama sektor UMKM yang bisa kembali tumbuh dan bergerak.

UMKM menjadi sektor yang didorong kembali bangkit, karena salah satu yang paling terdampak pandemi COVID-19. Salah satu langkah yang dilakukan adalah ekspansi produk menuju market atau pasar.

“Contohnya beberapa produk hasil kekayaan alam Lumajang yang masih belum dioptimalkan pemasarannya seperti klengkeng kateki, kelapa muda dan coffee wine. Padahal banyak potensi Kabupaten Lumajang yang marketable. Ini harus ada intervensi untuk meningkatkan value atau nilai dari produk, serta mempertemukannya dengan pasar yang lebih luas.

Ini klengkeng yang jika diperbandingkan dengan klengkeng impor jauh kualitasnya. Masih bagus klengkeng kateki. Tetapi masih belum menjangkau pasar yang luas. Kalau ini menjadi semacam produk yang bisa saling menguatkan saya yakin ini marketable,” pungkasnya.

Sumber Refrensi : https://news.detik.com/

TAGAR : #kopitu #umkmkopitu #suksesexpor #goExpor #goGlobal #ukmnaikkelas #umkm #covid-19 #jatim #pandemi #pemulihan ekonomi

Follow Sosial Media

Facebook : https://www.facebook.com/kopitu.jaya.5/

Twitter : https://twitter.com/KomiteKecil

Instagram : https://www.instagram.com/kopitu_/