Update Kopitu – Pandemi Covid-19 telah melemahkan ekonomi dunia, termasuk di Indonesia. Resesi atau pertumbuhan ekonomi negatif dalam dua kuartal berturut-turut dipastikan akan terjadi di Indonesia setelah sejumlah negara, seperti Amerika Serikat, Jepang, Singapura hingga Malaysia, telah mengumumkan terperosoknya indikator ekonomi pada tahun ini.

Di Indonesia, salah satu sebab pertumbuhan ekonomi minus, rendahnya tingkat konsumsi atau daya beli masyarakat.

Hal ini terjadi karena adanya gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) yang menambah jumlah masyarakat miskin baru di masa pandemi. Tercatat, sejak pandemi melanda, setidaknya 5,23 juta karyawan telah mengalami PHK dan jumlah penduduk miskin baru bertambah sebanyak 4,86 juta orang.

Sementara, berdasarkan asumsi makro, jumlah pengangguran akan terus bertambah pada kisaran 3 hingga 5 juta orang dan meningkatkan kemiskinan sekitar 2 hingga 5 juta orang. Peningkatan ini disebabkan terbatasnya aktivitas ekonomi untuk menekan laju penularan virus.

Tak hanya persoalan PHK, masalah ekonomi yang makin memburuk saat pandemi juga berdampak pada usaha mikro kecil dan menengah ( UMKM).

Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) mengonfirmasi, sekitar 50 persen atau setara 30 juta UMKM dari 64,2 juta UMKM yang ada di Indonesia harus tutup sementara akibat pandemi Covid-19.

Hal itu terjadi akibat terhambatnya pasokan bahan baku yang berpengaruh pada ketidakstabilan penawaran dan permintaan. Ketidakstabilan ini tentu dapat mengganggu kesehatan bisnis UMKM.

Kontribusi swasta tekan kemiskinan

Padahal, keberadaan UMKM saat erat kaitannya dengan pengentasan kemiskinan karena bentuk usaha ini dapat merangsang lebih banyak penciptaan lapangan kerja hingga ke tingkat tapak. Dengan begitu, pembangunan dan kesejahteraan akan lebih merata di seluruh negeri.

Terbukti, selama ini UMKM telah berkontribusi sebanyak 60,34 persen dari total produk domestik bruto (PDB) nasional dan menyumbang 58,18 persen dari total investasi.

Oleh karena itu, perhatian untuk tetap menggerakkan sektor UMKM menjadi sangat penting saat ini.

Pemerintah sendiri telah menerbitkan berbagai kebijakan baru untuk melindungi UMKM, seperti percepatan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) hingga program Bantuan Sosial (Bansos) Produktif untuk meningkatkan daya tahan para pelaku UMKM yang belum memiliki akses perbankan.

Terbaru, pemerintah dan DPR mengesahkan Undang-Undang Cipta Kerja pada Senin (5/10/2020). Salah satu klaster dalam beleid tersebut mengatur tentang UMKM.

Omnibus law tersebut memberikan kemudahan bagi pelaku UMKM dan koperasi. Salah satu manfaatnya, menurut Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki, adalah mempermudah akses pembiayaan, akses perizinan, akses pasar, hingga akses rantai pasok.

“Dengan adanya (UU) Cipta Kerja ini, bisa memberikan penguatan dan proteksi terhadap persaingan dengan usaha besar,” kata Teten.

Tak tinggal diam, sektor swasta pun ikut bahu-membahu mendorong pertumbuhan UMKM di masa pandemi ini. Salah satunya adalah produsen pulp dan kertas yang berbasis di Pangkalan Kerinci, Provinsi Riau, Grup APRIL.

Selama lebih dari dua dekade, Grup APRIL telah berkontribusi pada pembangunan masyarakat di Provinsi Riau. Korporasi ini membantu menekan angka kemiskinan dan meningkatkan kualitas hidup melalui berbagai program pembangunan ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur.

Lewat program Community Development (CD) yang dijalankan salah satu unit usahanya, PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), perusahaan penghasil kertas merek PaperOne ini mendorong pengembangan masyarakat di sekitar wilayah operasional dengan melakukan pembinaan dan pendampingan kepada para komunitas.

Salah satu contoh UMKM binaan RAPP yang mampu bertahan di masa pandemi adalah petani jeruk limau manis di Kampar, Riau. Para petani yang tergabung dalam Kelompok Tani (Koptan) Air Terjun itu bertahan dan tetap meraup untung dengan cara memaksimalkan fungsi media sosial di tengah pandemi.

Tak hanya petani jeruk, petani madu yang tergabung dalam kelompok Rumah Madu Andalan (RMA) ikut merasakan peningkatan omzet hingga ratusan juta rupiah selama pandemi. Untuk memenuhi pesanan di masa pandemi, setiap petani menyetor hingga 300 kilogram (kg) madu kepada RMA dalam sebulan.

Begitu pun dengan para petani nanas di Desa Penyengat, Siak, Riau, yang tetap merasakan laba manis di masa pandemi. Selama puasa saja, mereka mengaku bisa mendapatkan keuntungan hingga Rp 10 juta per bulan.

“Kami bersyukur penjualan dan produksi nanas tidak terhambat meski dalam situasi Covid-19. Panen masih setiap hari dan pemasaran ke pasar induk juga lancar,” kata Wakil Ketua Koptan Bina Tani, Apo.

Cerita kesuksesan petani tersebut baru segelintir dari sekian banyak UMKM yang merasakan berkah keuntungan di masa pandemi.

Semua upaya APRIL di atas tak hanya sebagai bentuk komitmen APRIL dalam menjalankan tanggung jawab sosial perusahaan, tapi juga sarana pemberdayaan untuk mendorong kemandirian ekonomi masyarakat. Hal tersebut sejalan dengan salah satu prinsip perusahaan bahwa bisnis yang baik haruslah yang juga baik bagi masyarakat.

Kontribusi Grup APRIL terhadap perekonomian bangsa memang tak perlu diragukan. Berdasarkan hasil Riset Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI), Grup APRIL telah berkontribusi dalam menambah nilai PDB nasional sebesar Rp 368,51 triliun selama 20 tahun terakhir.

Contoh nyata kontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional adalah penciptaan lapangan kerja, khususnya bagi masyarakat di Provinsi Riau. Dalam rentang 1999-2018, operasional Grup APRIL secara rata-rata menciptakan 89.646 kesempatan kerja per tahun.

Adanya perusahaan ini juga telah menaikkan tingkat pendapatan masyarakat dan berkontribusi terhadap pendapatan negara.

“Kami berharap Grup APRIL terus dapat berkontribusi terhadap perekonomian nasional dan pembangunan masyarakat setempat kami beroperasi. Sebagaimana semangat kami berdasarkan filosofi bisnis 5C, kegiatan operasionalnya harus baik untuk masyarakat, negara, iklim, dan pelanggan dengan demikian akan baik pula bagi perusahaan,” kata Direktur Utama PT RAPP Sihol Aritonang.

Dalam beberapa tahun mendatang, Grup APRIL akan terus mendukung pemberdayaan masyarakat melalui serangkaian inisiatif dengan tujuan utama memberantas kemiskinan dan memberikan akses dasar layanan kesehatan dan pendidikan kepada masyarakat di sekitar wilayah beroperasi.

Adapun langkah APRIL dalam untuk bermitra dan memberdayakan masyarakat sesuai dengan implementasi agenda global Sustainable Development Goals (SDGs) yang diinisiasi oleh Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), khususnya poin 17 yakni Kemitraan untuk Mencapai Tujuan. Secara tidak langsung, dukungan untuk mengentaskan kemiskinan sejalan pula dengan tujuan SDGs nomor 1 yaitu Tidak Ada Kemiskinan.

Tak hanya APRIL, sektor swasta lainnya diharapkan dapat menyelaraskan antara kegiatan bisnis dan pemberdayaan masyarakat sehingga tidak ada yang tertinggal atau “No One Left Behind”. Hal ini seperti tujuan utama pengimplementasian SDGs

Tagar : #umkmbersatu #umkmkopitu #indonesiangrocery #kopitu #goGlobal #goExpor #covid19

Sumber Refrensi : www.kompas.com

Follow Sosial Media Kopitu

Facebook : https://www.facebook.com/kopitu.jaya.5

Instagram : @kopitu_

Twitter : @KomiteKecil

No comments